Tugas 1
(Ilmu Sosial
Dasar)
Nama : Raissa Maheswara Putrayanni
Kelas :
1KA29
Npm : 15118849
Dosen : DIAH TURIS KAEMIRAWATI
Menilik Budaya Dan Seni Ukir Di Asmat Melihat Dunia
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/2162988/original/020537300_1525665999-45_x_65.5_cm___3__.jpg)
Asmat menyimpan keunikan dan keindahan.
Tak heran budayanya telah dikenal dunia sejak lama. Dalam upaya melestarikan
budaya dan tradisi ukir Asmat, acara pameran Asmat Melihat Dunia diluncurkan
atas kerja sama antara Yayasan Widya Cahaya Nusantara dengan Rumah Asuh.
Terbuka untuk umum hingga 8 Juni 2018, pengunjung belajar lebih jauh mengenai
Asmat melalui karya ukiran yang dipamerkan dalam jumlah banyak, tak kalah
dengan koleksi ukiran Asmat di Metropolitan Museum of Art di New York.
Diakui
sebagai World Heritage Site oleh UNESCO, Asmat memiliki museum yang patut
dilestarikan dan dimodernisasi, berisi beragam hasil karya dan kekayaan budaya
yang telah turun-temurun dari generasi ke generasi. Terletak di Agats Asmat,
Papua, kondisinya saat ini cenderung dimanfaatkan sebagai tempat penyimpanan
dimana segala hasil karyanya belum dipamerkan sebagaimana semestinya di dalam
sebuah museum. Rumah Asuh didukung oleh Yayasan Widya Cahaya Nusantara yang
diketuai oleh Brunoto Suwandrei Arifin membangun rencana revitalisasi Museum
Asmat yang telah didasari oleh hasil studi terhadap tiga museum lain yang
memamerkan hasil ukiran Asmat di New York, Amsterdam, dan Paris.
Melalui pameran Asmat Melihat Dunia, Rumah Asuh dan
Yayasan Widya Cahaya Nusantara menjadikan pameran ini sebagai perkenalan
kembali masyarakat Indonesia kepada budaya Asmat, terutama untuk generasi muda
Indonesia, dengan harapan kelak dapat mendukung usaha renovasi Museum Asmat
serta melestarikan budaya dan seninya dalam jangka panjang. Hal ini disampaikan
secara kolektif saat konferensi pers oleh Yori Antar (arsitek, penggagas Rumah
Asuh), Brunoto Suwandrei Arifin (entrepreneur, Ketua Yayasan Widya Cahya
Nusantara), dan Mitu M. Prie (konsultan komunikasi seni dan budaya).
"Kesenian dan budaya Asmat sudah terkenal di
seluruh dunia. Bahkan, nama Asmat bagaikan figur/sosok selebritis yang banyak
mengisi berbagai museum ethnography. Kehadiran kesenian Asmat nyaris seperti
lagu wajib. Artefaknya hadir di mana-mana, khususnya di negara-negara maju.
Namun, apakah Asmat telah dikenal baik di Indonesia? Rasanya pertanyaan ini
perlu dijawab, khususnya oleh Generasi Zaman Now,” ujar Yori Antar, arsitek
Indonesia yang tergabung dalam Rumah Asuh.
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/2163257/original/024276400_1525666661-45_x_65.5_cm___2__.jpg)
Asmat Melihat Dunia dibagi menjadi enam area
berdasarkan tema karyanya, yaitu People, Home & Culture, Warrior, Asmat
& Modern Approach, Tree, dan Water. Ukiran tema People mewakili leluhur,
kerabat atau tokoh yang dihormati; Home & Culture mencakup bentuk Rumah
Jeuw yang sakral dan dipercaya pertama kali dibangun oleh Dewa Fumeripitsj,
serta Eme (tifa) yang bunyinya mengiringi tarian-tarian Asmat; Warrior
merefleksikan panggilan jiwa lelaki Asmat yang membaktikan diri untuk berburu
dalam bentuk tombak, busur, dan panah sebagai senjatanya; Asmat & Modern
Approach mempersembahkan kepiawaian Asmat dalam mengembangkan daya artistik
ukiran menjadi lampu; Tree mewakili pedoman hidup Asmat yang bertumpu pada alam
yang lestari, terutama pohon yang juga dijadikan refleksi dalam hidup mereka;
dan Water dipersembahkan dalam ukiran berbentuk perahu, menceritakan kemenangan
Dewa Fumeripitsj di atas perahu lesung dalam pertarungan dengan buaya, serta keyakinan
Asmat bahwa perahu merupakan kendaraan para leluhur menuju surga.
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/2163259/original/097678900_1525666665-56_x_86.5_cm___3__.jpg)
Mengenai konsep acara dan pameran Asmat Melihat Dunia,
Jenfilia S. Arifin dari Yayasan Widya Cahaya Nusantara Youth menambahkan, akan
lebih menarik, bila karya seni dan budaya itu disajikan sesuai dengan trend
masa kini, sehingga mendapatkan perhatian lebih luas dari anak-anak muda. Asmat
Melihat Dunia dikemas sedemikian rupa dengan konsep kekinian, sehingga dapat
memunculkan seni dan budaya Asmat lebih kepermukaan.
Menganalisis Berita:
1.
What:
Apa tujuan diadakan pameran “Asmat Melihat Dunia” ini?
Jawab: untuk memperkenalkan kembali kepada masyarakat
Indonesia
terhadap
kebudayaan Asmat, terutama untuk generasi muda
Indonesia.
2.
Whare:
Dimana peristiwa dalam berita ini terjadi?
Jawab: peristiwa ini terjadi di Agsat Asmat, Papua
3.
When:
Kapan acara pameran “Asmat Melihat Dunia” berakhir?
Jawab: pameran Asmat Melihat Dunia berakhir pada 8
Juni 2018
4.
Who:
Siapa yang meluncurkan acara pameran Asmat Melihat
Dunia?
Jawab: acara tersebut diluncurkan oleh Yayasan Widya
Cahaya
Nusantara
yang bekerja sama dengan Rumah Asuh
5.
Why:
Mengapa UNESCO Mengakui Asmat sebagai World Heritage
Site?
Jawab: Karena Asmat memiliki museum yang berisi
beragam hasil karya
dan
kekayaan budaya yang telah turun-temurun dari generasi ke
generasi.
6.
How:
Bagaimana peristiwa ini bisa terjadi?
Jawab: peristiwa ini terjadi karena adanya kehendak
untuk melestarikan berbagai
budaya dan seni-seni dari Suku Asmat dalam jangka
panjang.
Sumber: https://www.liputan6.com/lifestyle/read/3505511/menilik-budaya-dan-seni-ukir-di-asmat-melihat-dunia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar